Senin, 06 Januari 2014

Blurry Eyes

Masihkah kamu mengingatnya?butiran pasir putih itu, tepian pantai yang kita telusuri bersama. Masih bisa kuingat bagaimana kamu tertatih-tatih menaiki sebuah sepeda dengan keranjang di bagian depannya. Dengan lucu kamu kibaskan rambutmu kesana-kemari menghantam angin. Kamu selalu penasaran, adakah tempat disana yang masih belum kamu lihat, adakah petualangan yang belum kamu lalui. Perlahan kamu mulai lelah, kamu mulai berhenti sembari memanggilku, masih dengan senyum yang sama. Sampai akhirnya kita berhenti di sebuah dermaga yang sudah tidak terpakai. Dermaga yang tidak terlalu besar, hanya beberapa pemancing dan nelayan lokal yang berada disana.

Kamu selalu tahu, ketakutanku akan laut. Betapa aku sangat menghindari laut. Laut adalah mimpi buruk buatku. Perlahan namun pasti kamu menghampiriku, berkata semua akan baik-baik saja. Pelan, jemari tanganmu menggenggam jemari tanganku. Meyakinkanku. Ya, selalu kamu yang bisa mengusir semua ketakutan itu. Kamu lebih baik dari semua terapi-terapi yang pernah aku lakukan.

Pelan namun pasti senja mulai turun, kita berdua duduk bersama menerawang ke sudut tiada batas. Sepintas kulihat wajahmu yang kamu biarkan terhempas angin. Kamu tersenyum sembari melihatku. Aku hapal persis tatapan itu, tatapan yang selalu membuatku jatuh hati berkali-kali. Tatapan yang akan selalu mengingatkanku lagi. Pandangan yang kelak mungkin akan kurindukan atau bahkan mungkin aku takut temui lagi. Pandangan yang tidak mungkin akan terimitasi.

Untuk pantai yang namanya sulit kuingat lagi








Tidak ada komentar:

Posting Komentar