
Entah kenapa malam ini saya kembali teringat masa-masa saya bersekolah. Salah satu masa yang penuh intrik, menyenangkan sekaligus masa pembentukan karakter, tak terkecuali bagi saya. Banyak kenangan yang terekam dalam ingatan saya, tapi kali ini saya hanya akan bercerita tentang masa kelas tiga saya, atau lebih tepatnya kelas dua belas. Kelas ini disebut kelas dua belas ipa satu. Tak ada satu pun wanita disini, atau bisa dikatakan semua penduduknya adalah pria. Bisa dibayangkan betapa suramnya kelas kami. Bau keringat,bau kaki sudah menjadi kebiasaan disini, tidak mengherankan apabila kelas kami dinobatkan menjadi salah satu kelas paling jorok dan yang paling memabukkan. Saya sendiri memecahkan rekor dengan tidak pernah mencuci celana PDH saya (semacam pakaian identitas sekolah) selama tiga tahun penuh. Dan terus terang saya tidak bangga dengan rekor tersebut.
Seperti biasa, pada pagi hari saya selalu telat masuk. Namun saya selalu menikmati kemalasan ringan seperti ini karena semua itu selalu kembali pada prinsip,”telat pun harus dilakukan dengan semangat”. Sebelum memulai pelajaran di kelas, tradisi tadarus dilakukan lima belas menit. Namun banyak sebagian teman saya yang menggantinya dengan makan pagi, menonton tv, maupun melanjutkan tidur pagi. Saya hanya bisa menggelengkan kepala. Berulang kali saya mengingatkan mereka, tapi hujatan-hujatan yang sering saya terima (bayangkan kisah nabi musa). Anda tahu sebabnya? Karena pada saat tadarus dimulai, saya belum sampai dikelas karena telat.
Tidak berbeda dengan kalian, pelajaran adalah satu hal yang paling menjenuhkan. Bahkan saking ekstrim-nya hampir delapan puluh persen populasi kelas tertidur di kelas. Dan saya sekali lagi termasuk daftar begundal-begundal penidur tadi. Kadang kami bingung, apakah di dalam kelas kami terdapat roh-roh halus yang suka membuat kantuk kami. Saya sangat jengkel terhadap kemalasan seperti ini, pernah kami satu kelas membuat upacara memanggil makhluk halus tadi. Bukan untuk memintanya pergi, melainkan membuat ngantuk sang guru juga. Untungnya, guru-guru disini sangat baik. Selain sangat tahan terhadap bau-bau tidak jelas tadi, mereka juga tidak pernah memarahi kami karena tertidur. Alasan mereka sangat mulia,”Lebih baik kalian tidur daripada mengganggu proses belajar mengajar”. Kami pun sangat menghormati dan menghargai dedikasi beliau-beliau tadi dengan penuh keikhlasan. Dan akhirnya proses belajar mengajar pun berjalan dengan damai dan lancar.
(bersambung ke Part II)
heh aku gak pernah ngujat kamu yo nday...hwahahahah, lucu aku juga inget itu...ayo maen ke jombang lagi...
BalasHapusIdih,km mana punya PDH Yak..??pinjem terus....haha....
BalasHapus